Senin, 18 April 2011

“Hati-hati saat membaca tulisan ini” : Untukmu Para Materialistik…

Persepsi, semua yang ada di dunia ini hanyalah bentukan dari persepsi kita, jadi sebenarnya tidak ada yang nyata di dunia ini, termasuk materi. Jika ada orang yang mengejar materi sampai melupakan hakikat penciptaannya maka seutuhnya dia mengejar sesuatu yang tidak ada alias fatamorgana dunia, sudah pasti orang seperti ini dapat kita katakan telah tertipu bahkan menipu dirinya sendiri. Ironi memang, namun banyak manusia yang tidak sadar akan hal ini. Semua materi yang “ada” di sekitar kita pada hakikatnya tidak ada, karena materi yang kita anggap “ada” itu hanyalah bentukan dari persepsi kita, dimanakah letak persepsi kita? Persepsi terbentuk di otak, ya di otak, Allah telah menciptakan satu-satunya ke “ada”-an dalam diri kita yaitu otak, kenapa hanya otak yang ada, sedangkan selain otak hanyalah tipuan? Mari kita telusuri, manusia memiliki indera perasa, penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman yang kita sebut panca indera. Kita ambil contoh indera penglihatan, pada saat kita melihat maka sebenarnya materi yang kita lihat itu sebenarnya tidak ada, karena hanya bentukan dari otak kita, bagaimana itu bisa terjadi? Perhatikan ini, misalnya saat saya melihat gelas berisi buah, maka pusat penglihatan yang ada di otak segera membentuk persepsi, melalui proses, gelas yang berisi buah ditangkap oleh kornea pada mata, kemudian melalui iris, selanjutnya ditata oleh lensa sebelum stabil di retina yang pada tahap sebelum ini terjadi proses reaksi kimiawi oleh enzim fosfodiesterase. Nah, senyawa kompleks kimia inilah yang selanjutnya diantarkan ke otak melalui perubahan menjadi sinyal-sinyal listrik dalam melewati sinaps, otak dirangsang kemudian mengetuk pusat penglihatannya dan kemudian terbentuklah gelas berisi buah di dalam otak kita, jadi gambaran alias bayangan materi yang kita lihat pada hakikatnya tidak ada di sekitar kita namun berada di dalam otak kita. semua materi yang selama ini kita anggap “ada” sebenarnya dibentuk oleh otak kita, oleh karena itu kebenaran materi hanya ada pada otak kita bukan di depan, samping, belakang, bawah atau atas kita, karena itu hanyalah bentukan dari persepsi otak kita. Masih belum pahamkah? Mari kita lanjutkan, hal seperti ini juga terjadi pada semua indera manusia, jadi semua benda letaknya di dalam otak, bukan di luarnya, di luar otak sebenarnya tidak ada materi. Semisal, kita ambil otak kita kemudian meletakkannya di luar tubuh kita, otak yang hanya sebesar genggaman itu menyimpan triliunan data dan informasi yang membentuk persepsi kita. Nah, otak di luar tubuh kita inilah yang hakikatnya ada, sama saat kita membayangkan sebuah computer dan otak yang di letakkan berdampingan kemudian dihubungkan dengan kabel data dari computer ke otak kita, semua gambaran data dan informasi yang ada di computer ditransfer ke otak kita dari waktu ke waktu mulai dari kita lahir sampai sekarang ini, gambaran data dan informasi inilah yang dipersepsikan dalam otak kita sebagai bentuk materi yang sebenarnya tidak ada, karena hanyalah bayangan dari otak. Lantas ada yang bertanya, kalau toh di dunia ini hanya otak kita yang pada hakikatnya ada, berarti sebenarnya otak kita tidak ada karena otak kita juga lahir dari ketukan panca indera kita? Benar, karena sesuatu yang sejati ada adalah sesuatu yang tanpa melalui proses ketukan dari panca indera. Allah SWT telah menanamkan software ke dalam otak kita, software inilah yang dinamakan ruh, akibat adanya ruh pada otak maka otak kita menjadi ada, karena ruh itulah yang mengadakan ke’ada’-annya. Salah satu keajabaiban penciptaan manusia, Allah meniupkan ruh kepadanya yang berisi segala informasi dan data bernuansa langit, maka beruntunglah orang yang selalu melestarikan informasi langit ini. Allah SWT berfirman, “sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. Ruh merupakan lapisan informasi dan data langit yang melingkupi otak kita, dalam bahasa agama kita kenal dengan istilah fitrah, Allah SWT berfirman, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. Ruh sebagai software awal yang sudah melekat sejak permulaan penciptaan manusia, Allah memberikan petunjuk kepada ruh berupa data langit yang ditiupkan-Nya, ruh inilah yang menentukan keberadaan manusia di bumi, apakah dia bereksistensi atau tidak? Ruh tidak pernah terpisahkan dari otak kita karena dari ruh-lah akar dan awal dari segala persepsi bentukan materi yang selama ini dianggap ada. Hal ini terjadi pada bapak moyang kita Nabi Adam AS, Allah SWT berfirman, “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar”. Maka sekali lagi, segala sesuatu yang selama ini kita ketahui sebagai materi pada hakikatnya tidak ada dan hanyalah khayalan belaka. Sudah jelaskah? Atau masih belum? Mari kita lanjutkan, pernahkah anda buta?salah, maksudnya pernahkah anda melihat orang buta? Pernah tentunya, buta merupakan salah satu contoh menarik untuk menegaskan hal ini, saat kita telah buta maka materi yang ada akan tidak ada, betul? Gelas yang ber”ada” di depan kita akan hilang saat indera penglihatan kita telah hilang atau dengan kata lain materi (gelas) sebenarnya tidak ada, masih ada yang bertanya, tapi kita bisa merasakan keber”ada”an gelas dengan menyentuhnya? Ya benar, lantas bagaimana jika indera peraba kita di cabut? Apakah kita masih bisa merasakan sentuhannya? Tidak, keber”ada”an gelas akan menghilang. Begitupula saat semua indera kita tidak dilayani oleh pusat indera yang ada di otak maka akan terbuktilah bahwa sebenarnya materi itu tidak ada, tapi yang ada hanyalah gambaran materi yang dipersepsikan bentuknya oleh otak. Salah satu bukti bahwa semuanya hanyalah khayalan dari otak kita adalah fenomena mimpi. Pernahkah anda bermimpi? Pasti tentunya, saatnya kita bermimpi, otak ingin memperlihatkan kepada kita tentang permainan persepsi alias ketiadaan materi, saat kita bermimpi kita sedang berada dalam dunia khayalan, otak sebenarnya tidak pernah berpindah tempat, namun kita seakan-akan melihat materi, menyentuhnya, merasakannya, menciumnya dan mendengarkannya dengan permainan perpindahan tempat yang sangat cepat, seolah-olah kita berpindah dari satu materi ke materi lainnya. Inilah sebenarnya yang terjadi di kehidupan yang kita sebut nyata ini, seperti mimpi. Tidak ada materi yang nyata, maka sungguh bodoh dan tertipu saat kita mengorbankan yang hakiki untuk mengejar sesuatu yang sebenarnya tidak ada, materi yang menurut anggapan kita “ada” lahir karena adanya intervensi indera kemudian dipersepsikan oleh otak kita tanpa adanya ruh, maka materi itu menjadi tidak ada karena yang menentukan ke’ada’an otak adalah ruh. Sesuatu menjadi hakiki saat tidak mengalami intervensi indera, lansung ditangkap oleh ruh yang bernuansa akhirat, segala hal yang ghaib serta memerlukan tafsiran keimanan yang kokoh dan mapan, itulah hakikat keberadaan, itulah sebenarnya yang ada, dan itulah sebenarnya yang di kejar, serta itulah taqwa sejati, Allah berfirman, “Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib”. Jangan pernah ditipu oleh mimpi, mungkin saja saat ini kita sedang bermimpi, namun kita menganggapnya nyata. Boleh jadi saat ini kita merasakan bahwa kita di dunia nyata, namun sebenarnya kita sekarang berada di alam mimpi, tidak ada yang mengetahui apakah saat ini kita sedang bermimpi ataukah kita berada di alam realitas, karena kita tidak mengetahui apakah” mimpi” itu yang nyata ataukah “kenyataan” itu yang mimpi, dimana kita sebenarnya? Jangan pernah lagi materi dan angan-angan melalaikan kita…..wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Iqra'

  • Petunjuk jalan
  • Paradigma Alqur'an
  • Menuju jama'atul Muslimin
  • Laskar pelangi
  • Dakwah salafiyah dakwah bijak
  • Benturan Peradaban