Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (An-Nahl: 36)
1. Banjir (air yang menenggelamkan)
Sebelum kaum Nuh a.s dilahirkan, telah hidup lima orang shaleh dari nenek moyang mereka. Lima orang saleh itu hidup pada suatu zaman. Nama-nama mereka adalah Wadd, Suwa’, Ya’uq, dan Nasr. Setelah mereka wafat, orang-orang membuat patung sebagai kenangan dan penghormatan bagi mereka.
Waktu pun berlalu, orang-orang yang membuat patung itu telah mati. Kemudian datanglah anak-anak mereka. Dan anak-anak mereka pun mati. Lalu datang anak cucu mereka. Dan tersebarlah dongeng-dongeng takhayul. Pikiran primitif menyusup ke dalam otak mereka. Patung-patung itu diselimuti cerita-cerita yang mengagung-agungkan mereka, seolah mereka memiliki kekuatan yang luar biasa. Iblis tentu saja tidak melewatkan kesempatan ini. Dibisikkanlah kepada manusia bahwa patung-patung itu memiliki manfaat dan dapat mendatangkan bencana, maka akhirnya mulailah patung-patung itu menjadi sesembahan yang nyata.
Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman." Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit. (Hud: 40).
Pada awalnya kaum Nabi Nuh masih belum terkontaminasi oleh kotoran kesyirikan, akibat munculnya ide bahwa orang-orang saleh harus dibuatkan sesuatu yang dapat mengingat mereka akhirnya mulailah aksi pembuatan patung-patung mereka dilakukan dengan tujuan awal yang kelihatannya baik, namun perubahan dari generasi ke generasi yang tidak paham terhadap filosofi dan sejarah keberadaan patung tersebut mendatangkan bencana yang tidak terkirakan sebelumnya, hampir-hampir orang-orang yang membuat patung pertama kali itu seakan-akan ingin berkata:”jikalau sekiranya kami tahu bahwa ini adalah pembuat bencana yang akan menimpa kepada anak cucu kami”.
Kaum Nabi Nuh yang melakukan kesyirikan ditenggelamkan oleh Allah dengan bencana banjir yang sangat besar. Makhluk Allah yang bernama air yang senantiasa bertasbih dan tunduk kepada-Nya mulai mengambil peran untuk memberantas kedurhakaan yang dilakukan oleh kaum Nabi Nuh. Tiada seorang pun yang selamat dari luapan dan lahapan air yang begitu dashyat.
Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku, Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai balasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh). Dan sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? Maka alangkah dahsuyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (Al-Qamar: 11-17)
2. Angin
Ternyata hal yang sama juga terjadi pada kaum Nabi Hud yaitu kaum ‘Ad. Mereka mengadakan persekutuan dengan patung-patung yang mereka buat sendiri. Awalnya setelah Allah menyelamatkan orang-orang beriman pada masa Nabi Nuh dengan naik ke dalam bahtera (kapal), kaum setelah zaman orang-orang beriman di kapal tersebut meninggal mereka membuat patung orang-orang tersebut dengan tujuan persis seperti yang pernah kaum Nabi Nuh inginkan, akibatnya generasi berganti, anak cucu datang dengan penuh semangat mulai melakukan kesyirikan.selain itu kaum ‘Ad juga tidak percaya akan adanya hari kiamat dan hari pembalasan, bahwa semua yang manusia lakukan akan ada akhirnya, semua akan dipertanggungjawabkan sekecil apapun yang dilakukan akan ada komisinya, pahala atau dosa, kebaikan atau kemaksiatan, surga atau neraka. Mereka tidak percaya bahwa sesudah mati akan ada alam baru yaitu alam kubur.
Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami". (Bukan)! bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, Yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa.(Al-Ahqaf: 24-25).
Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).(Al-Haqqah: 7).
3. Suara menggelegar dan gempa
Kaum Tsamud memiliki kreativitas dalam membuat rumah dari gunung yang dipahat. Nabi Shalih a.s diutus kepada kaum tsamud untuk mengembalikan mereka kepada ketauhidan, namun mereka tetap membantah Nabi shalih dan berusaha melakukan konspirasi dengan menyembelih unta betina yang merupakan mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada Nabi shalih. Nabi shalih melarang kaumnya menyakiti unta betina tersebut karena hal tersebut dapat mendatangkan bencana dalam waktu yang tiba-tiba.unta betina yang kejadiannya sangat luar biasa itu (keluar dari gunung batu) sebagai ujian bagi kaum tsamud karena mereka tetap tidak mendengarkan apa yang disampaikan oleh Nabi Shalih, mereka menyembelih unta betina tersebut, mereka melanggar batasan-batasan yang Allah dan Nabi-nya telah tentukan, akibatnya suara menggelegarpun terdengar dan bumi berguncang keras menghancurkan semua yang ada.
Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Saleh. Ia berkata. "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya, dengan gangguan apa pun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih." Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan. Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka: "Tahukah kamu bahwa Saleh di utus (menjadi rasul) oleh Tuhannya?". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu, yang Saleh diutus untuk menyampaikannya". Orang-orang yang menyombongkan diri berkata: "Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu". Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan. Dan mereka berkata: "Hai Saleh, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang diutus (Allah)". Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayit-mayit yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka. Maka Saleh meninggalkan mereka seraya berkata: "Hai kaumku sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasihat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasihat". (Al-A’raf: 73-79)
4. Batu yang menimpa
Selain melakukan kesyirikan kaum Nabi luth juga suka merampok, menghianati teman, saling berwasiat untuk melakukan perbuatan dosa dan tidak mau berhenti melakukan kemungkaran terkhusus lagi mereka merupakan kaum homoseksual (kaum Sodom). Mereka melakukan perbuatan keji dan kemaksiatan secara terang-terangan. Allah menimpakan azab kepada mereka disebabkan perbuatan mereka sendiri, azab berupa hujan batu yang ditimpakan dan mereka dibenamkan ke bawah bumi pada waktu subuh, seakan-akan gempa dashyat dari gunung berapi yang melemparkan bongkahan batunya dan membelah daratan disekitarnya.
Dan (ingatlah kisah) Lut, ketika dia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu sedang kamu melihat (nya)?" Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)". (An-Naml: 54-55).
Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Lut, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang di antara kamu yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?". Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Lut itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, Yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim. (Hud: 81-83).
5. Bunyi yang sangat keras
Penduduk Madyan termasuk kaum penyembah pepohonan dan tumbuhan, Nabi Syu’aib a.s di utus kepada mereka untuk mengembalikan kepada penyembahan yang haq yaitu hanya kepada Allah semata tanpa mempersekutukannya dengan satu apapun. Selain itu penduduk madyan juga memiliki isme yang masih dipelihara sampai zaman sekarang yaitu sekulerisme. Mereka memilki pola pikir bahwa agama dan keimanan tidak ada hubungan sama sekali dengan masalah kehidupan sehari-hari, agama tidak ada hubungannya dengan ekonomi, agama tidak perlu mengatur tentang bagaimana memperoleh harta, agama hanyalah persoalan hubungan dengan tuhan, hanya persoalan pribadi dan hanyalah untuk mengatur masalah akhlak.
Penduduk Madyan beranggapan bahwa merugikan orang lain merupakan salah satu bentuk kemahiran dalam transaksi jual beli dengan mengurangi takaran dan timbangan serta mengambil hak-hak orang lain yang bukan hak mereka. Kaum Nabi Syu’aib berpendapat bahwa ritual-ritual keagamaan dalam hal ini sholat jangan sampai mempengaruhi seseorang mengadakan perbaikan dalam berbagai sendi kehidupan, persoalan sholat cukup di mesjid jangan dibawa-bawa keluar mesjid, mengingat Allah cukup di mesjid saja jangan dibawa keluar mesjid, jadilah orang shalih di mesjid namun tidak ketika keluar dari mesjid. Jangan mencampur adukkan kehidupan sehari-hari dengan agama. Akibatnya penduduk Madyan diazab dengan bunyi yang sangat keras, lalu semuanya berakhir. Tak seorang pun sempat bergerak, lari, bersembunyi atau menyelematkan diri.
Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syuaib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)." Dan Syuaib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan. Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu." Mereka berkata: "Hai Syuaib, apakah agamamu yang menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal." Syuaib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku daripada-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali. Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Saleh, sedang kaum Lut tidak (pula) jauh (tempatnya) dari kamu. Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih. Mereka berkata: "Hai Syuaib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamu pun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami. Syuaib menjawab: "Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu? Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan." Dan (dia berkata): "Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah azab (Tuhan), sesungguhnya aku pun menunggu bersama kamu." Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syuaib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya. (Hud: 84-94)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar