Minggu, 15 November 2009

Bekal masa depan dalam bekerja

Bekalnya yaitu memahami bahwa kerja adalah ibadah, kerja adalah amanah dan kerja adalah rahmah.
Kerja adalah ibadah yaitu kerja di bidang apa pun merupakan manifestasi dari ibadah kepada allah dalam arti seluas-luasnya.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku (QS Adz-Dzariyat 51:56).
Kerja adalah amanah yaitu pekerjaan yang dipercayakan kepada siapa pun merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan secara hukum, moral, dan profesional.
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh (QS Al-Ahzab 33:72).
Kerja adalah rahmah yaitu kesempatan kerja, kesehatan dalam bekerja, pengamalan ilmu melalui kerja, relasi kerja, hasil kerja, semuanya merupakan rahmat dan karunia allah swt.
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu menging-kari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih (QS Ibrahim 14:7)
Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda,“Demi sekiranya salah seorang dari kamu pergi mencari kayu dan dipikul di atas punggungnya, itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang-orang, baik diberi atau ditolak (HR Bukhari dan Muslim)
Seperti sebuah bangunan kerja adalah ibadah, kerja adalah amanah dan kerja adalah rahmah ditopang oleh tiga hal yaitu ibadah, ikhlas dan tanggung jawab yang dengan ketiga hal ini “perjalanan panjang” dalam bekerja dapat ditempuh dengan penuh kecintaan dan kemudahan karena bekal yang senantiasa akan mencukupi.
Apa itu ibadah? Ibadah merupakan semua aktivitas untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT baik berupa perbuatan dan perkataan yang sifatnya dzahir maupun bathin. Jadi aktivitas apapun itu ketika diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah merupakan rangkaian dari makna ibadah.
Ibadah dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu ibadah umum dan khusus. Contoh ibadah umum, segala bidang sosial. ekonomi, politik, seni, budaya, pendidikan dll. Prinsip yang harus dipegang dalam ibadah umum adalah apa saja boleh dilakukan kecuali yang dilarang (segala sesuatu asalnya mubah kecuali ada dalil dari al-qur’an dan hadits yang melarangnya), semua berlandaskan pada asas manfaat dan mudharat. Contoh ibadah khusus, thaharah, zakat, sholat, puasa, haji, qurban, doa, dzikir dll. Prinsip yang harus dipegang dalam melakukan ibadah khusus ini adalah semuanya dilarang kecuali ada perintah (semuanya pada asalnya dilarang untuk dilakukan kecuali ada dalil dalam alqur’an dan hadits yang memerintahkannya). Semua berlandaskan pada asas kepatutan dan kesesuaian.
Apa itu ikhlas? Kita akan menemukan bahwa ikhlas memiliki 3 muatan yang tidak akan pernah terpisahkan satu dengan lainnya yaitu pertama, kandungan niat artinya orang yang ikhlas selalu memulai titik tolak pekerjaan semata-mata hanya karena Allah SWT tidak ada yang lain, bukan karena pujian, kedudukan ataupun komisi tapi hanya karena sebagai bentuk penghambaan kepada Allah. Ada beberapa tipe orang dalam mengejawantahkan hal ini, tipe cinta artinya orang mengerjakan semua pekerjaan dengan rasa cinta, tipe syukur artinya orang yang melakukan pekerjaan sebagai bentuk rasa syukur, tipe butuh artinya orang yang melakukan pekerjaan karena merasa butuh, tipe wajib artinya orang melakukan pekerjaan sebagai bentuk pelunasan terhadap kewajiban, tipe beban artinya orang yang menganggap pekerjaan yang dilakukannya sebagai beban. Maka orang yang ikhlas akan “mengaitkan” pekerjaan apapun yang ditempatinya dengan penuh rasa cinta. Kedua, kandungan profesionalisme yaitunya melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya dengan kemampuan terbaik yang dimilikinya untuk memperoleh hasil yang terbaik. Sikap ini dapat muncul karena pancaran mata air hati yang bening bahwa Allah senantiasa dekat dan mengawasi sekecil apapun pekerjaan yang dilakukan. Bekerja baik bukan hanya karena ada pengawas (manusia) atau karena dilihat oleh atasan, tapi senantiasa mempersembahkan hasil kerja yang terbaik untuk Allah, tahu bahwa Allah senantiasa melihatnya. Ciri dari hal ini dapat dilihat dari kerja keras, terampil, jujur, kerjasama dan penuh loyalitas. Ketiga, kandungan syukur dan sabar yaitu sikap terhadap hasil yang telah dikerjakannya, apakah hasilnya sesuai dengan keinginan atau hasilnya tidak sesuai dengan keinginannya apalagi sampai pada tingkatan musibah. Maka senjatanya adalah syukur dan sabar. Jika hasil kerja yang diperolehnya kemudian membawa kesenangan dan kenikmatan karena sesuai dengan target yang ditentukan oleh perusahaan maka syukur menjadi tamengnya dengan munculnya rendah hati dan berbagi kegembiraan dengan saudaranya, namun jika sebaliknya karena hidup itu selalu dinamis maka sikap yang muncul adalah sabar dengan lapang dada, memaafkan dan introspeksi diri.
Tanggung jawab dapat dirinci menjadi tanggung jawab moral, tanggung jawab hukum dan tanggung jawab profesional. Seorang pekerja akan menemukan rasa tanggung jawab jika dikomandoi oleh hukum, moral dan profesionalisme artinya hukum, moral dan tuntutan profesionalisme dapat menjadi “pemaksa” untuk melahirkan rasa tanggung jawab. Seseorang dapat bekerja dengan penuh tanggung jawab karena aturan (hukum), seseorang tidak menyalahgunakan jabatannya karena paham akan hukum positif dan aturan main perusahaan, seseorang tidak akan melakukan manipulasi keuangan karena mengetahui konsekuensi hukum yang akan diterimanya dll. Selain itu ada tanggung jawab profesional , tanggung jawab ini menuntut ilmu yang diperolehnya, karir yang digelutinya dan prestasi yang dicapainya digunakan sebaik mungkin untuk mempertahankan eksistensi menuju puncak kesuksesan. Orang yang tidak memiliki tanggung jawab ini sering kali tidak memiliki visi, lamban bekerja dan tidak ingin berkembang. Tanggung jawab yang abadi adalah tanggung jawab moral, karena sifatnya lebih abstrak dibanding dua tanggung jawab lainnya, tanggung jawab hukum lebih kea rah aturan yang disepakati dan ada dampak hukuman positif (dipecat, dipenjara atau teguran) dan sifatnya nyata, begitupun tanggung jawab profesional lebih dimunculkan karena mempertahankan kedudukan dan sifatnya nyata, namun lain halnya dengan tanggung jawab moral ada yang nyata dan kebanyakan dapat disembunyikan. Tanggung jawab ini muncul karena dorongan ada tanggung jawab terhadap tuhan, keluarga dan masyarakat yang masing-masing memiliki konsekuensi akibat apakah berupa dosa, malu, dibenci oleh masyarakat atau dikucilkan, oleh karena itu bentuk tanggung jawab inilah yang harus mendomisasi setiap pekerjaan yang dilakukan. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Iqra'

  • Petunjuk jalan
  • Paradigma Alqur'an
  • Menuju jama'atul Muslimin
  • Laskar pelangi
  • Dakwah salafiyah dakwah bijak
  • Benturan Peradaban