“Ajaklah ke jalan tuhanmu dengan hikmah dan mau’idzatil hanasah dan debatlah mereka dengan cara yang terbaik”( An-Nahl: 125)
Isltilah debat telah lama mengalami konversi makna, kata debat sering dikonotasikan dengan sesuatu peristiwa penuh kesemerawutan, meningginya adrenalin, dan pemaksaan kehendak terselubung atau mungkin ‘tong kosong berbunyi nyaring’(asbun/omdo). Dan begitulah faktanya, kata seseorang. Kata memiliki ‘roh’ dan hidup, seperti halnya pula manusia kata juga memiliki potensi fujur dan taqwa, tergantung dimana kata itu ditaruh (bi’ah), siapa yang mampu mengendalikan kata maka dialah yang akan menguasa dunia, karena memang pengaruhnya sangat besar untuk mengubah opini dunia. Ketika melihat konspirasi global akan nampak jelas siapa yang mengendalikan kata dalam hal ini sering dikerenkan dengan ungkapan ‘istilah’. Ya, saat ini yahudi beserta konco-konconya mengontrol berbagai macam istilah yang sengaja dilontarkan untuk menghancurkankan rivalnya, dengan metode ghazwul fikri dikembangkanla kredo yahudi “mengubah opini dunia dengan istilah” nampaknya sederhana namun memberikan efek luar biasa; siapa yang memunculkan istilah teroris, fundamentalis, gerakan hijau, radikal, abangan, perselingkuhan (sengaja dibuat untuk menggantikan kata zina) dan yang masih hangat adalah istilah transnasional, siapa?. Begitu juga dengan kata debat, ibarat sebuah pedang lihat siapa yang memakainya. Islam adalah agama yang tertinggi dan tidak ada yang sanggup menyamai ketinggiannya, salah satu bukti ketinggian islam adalah mampu mereduksi dan mem’fitrah’kan segala bentuk kata yang telah terjahiliyahkan (islamisasi Istilah) oleh bapak isme dunia; yahudi (zionisme).
Dalam ayat di atas Allah menjelaskan tentang tiga metode dakwah salah satunya jidal (debat), ketika membaca sejarah metode banyak digunakan; tidak terlepas dengan dua metode lainnya; Nabi Ibrahim as berhadapan dengan raja namrud, Nabi musa dan harun saat bertatapan dengan raja Fir’aun, Nabi Muhammad bertemu dengan pemuka Qurays dan Yahudi, Sahabat Ja’far bin Abi Thalib di depan raja Najasyi, dan Amr bin Ash saat bertemu dengan jendral Romawi. Istilah debat (entah apa sekarang yang ada dipikiran antum, positif ataukah negatif, silahkan ucapkan sekarang) memiliki dua pilar prinsipil yaitu pilar argumentasi dan pilar data; seberapa besar kekuatan argumentasi yang dibangun dan seberapa valid kekuatan data yang ditranskripsikan. Islam mampu memfasilitasi pencapaian dua pilar ini melalui ayat – ayat Allah (qauliyah dan kauniyah), bukan hal yang mustahil potensi kecerdasan wahyu akan tersasah dengan baik melalui debat dengan landasan dalil ini
.” PERADABABAN WAHYU DIBANGUN OLEH ARSITEK – ARSITEK YANG MEMILIKI KECERDASAN WAHYU”
Walhasil, dengan kesadaran bersama (yagdzah jama’i) departemen kaderisasi komisariat Ahmad Dahlan berusaha untuk mengupayakan sarana mengasah kecerdasan wahyu kader melalui diskusi rutin yang insyaAllah ingin dinamakan ‘DISKUSI INTELETUAL PROFETIK (DISIPRO)’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar